Selasa, 01 Oktober 2013

Serba-Serbi Tongue Tie (Tali Lidah Pendek)

by Aimi
Definisi dan Kategori Tongue Tie
 
Istilah  tongue tie atau lidah pendek sebenarnyabukan karena ukuran lidah yang benar-benar pendek, melainkan untuk menggambarkan gangguan frenulum (jaringan ikat yang menghubungkan dasar lidah dengan ujung lidah bagian bawah/tali lidah).
 
Dalam bahasa kedokteran disebut dengan ankyloglossia. Hal ini menyebabkan mobilitas lidah terbatas. Apa batasan mobilitas terbatas? Yaitu jika saat membuka mulut lebar, ujung lidah tidak bisa melampaui gusi bawah bayi. Untuk bisa menyusu dengan efektif maka lidah perlu bisa menjulur sampai melampaui gusi bagian bawah
 
Tongue tie dapat dibagi menjadi 4 tipe:
  tipe 1    : frenulum terikat sampai ujung lidah,
  tipe 2    : frenulum terikat 1-4 mm dibelakangtipe 1,
  tipe 3    : frenulum terikat di tengah lidah dan biasanya kuat dan kurang elastis,
  tipe 4  : frenulum terikat dipangkal lidah, namun tebal dan tidak elastis sehingga mobilitas lidah sangat terbatas.
 
Yang bisa memastikan tongue tie biasanya adalah konselor laktasi berpengalaman, dokter anak, bidan atau konsultan laktasi IBCLC.
 
Akibat yang Ditimbulkan oleh Tongue Tie
 
Tongue tie dapat mempengaruhi beberapa hal terkait menyusui:
  1. Pada saat proses menyusui berlangsung, bayi mengerakkan lidahnya dengan gerakan peristaltik dari depan ke belakang menyentuh palatum atau langit-langit, sehingga ASI keluar ke mulut bayi.
  2. Pada bayi tongue tie, ASI yang didapat sedikit karena pergerakan lidah terbatas. Lidah berperan penting pada proses menyusui. Hal ini berbeda pada bayi tongue tie yang mendapat susu dengan botol dot. Bayi tidak banyak melakukan gerakan lidah pada saat proses menyusui, sehingga proses menyusu tidak terganggu.
 
Gejala yang dapat kita lihat pada bayi diantaranya :
  1. Pelekatan menyusui yang buruk dan cara menghisap pada payudara yang kurang baik, atau terdengar bunyi “klik” pada saat bayi menyusu.
  2. ASI yang diperoleh bayi sedikit.
  3. Kenaikan berat badan bayi lambat, bayi rewel dan sering kolik, dan bayi cenderung lama saat menyusu (bisa lebih dari 1 jam).
  4. Frekuensi menyusu lebih sering, bisa dalam ½ atau kurang dari 1 jam bayi ingin menyusu kembali. Pemeriksaan sederhana yang dapat kita lakukan adalah dengan memasukkan jari ibu ke mulut bayi, dan lihat saat mulut bayi menghisap, apakah lidah bayi melewati gusi/tidak.
 Gejala yang dapat kita temui pada ibu diantaranya:
  1. Puting lecet, nyeri pada payudara.
  2. Produksi ASI sedikit.
  3. Milk blister (terdapat seperti jerawat kecil berwarna putih pada ujung puting).
  4. Mastitis.
  5. Tidak nyaman  setiap kali ingin menyusui.

Jika tidak ditangani, di kemudian hari tongue tie juga bisa mempengaruhi proses makan dimana pada saat makan akan berantakan karena pergerakan lidah yang terbatas. Selain itu, tongue tie juga bisa mempengaruhi proses berbicara dimana terdapat keterlambatan bicara dan kurangnya kebersihanmulut terutama karies gigi.
 
 
Penanganan terhadap Bayi Tongue Tie
 
Untuk memastikan apakah seorang bayi menderita tongue tie, selain dengan mengamati kondisi lidah bayi juga dengan mengamati proses menyusui pada ibu dan bayi. Pada bayi yang mengalami tongue tie, walaupun posisi dan pelekatan menyusui sudah benar kadang proses menyusu tetap bermasalah. Tetapi ada beberapa kategori tongue tie yang dengan perbaikan pelekatan dan posisi menyusui sudah bisa diatasi masalah-masalahnya. Jika posisi dan pelekatan yang benar tidak membantu, maka langkah frenotomi atau insisi harus diambil. Setelah dilakukan frenotomi,mayoritas bayi akan secara spontan memperbaiki gerakan lidah selama menyusu. Biasanya wajah ibu tampak lega setelah frenotomi, karena menyusui jadi tidak sesakit sebelumnya. Proses menyusui menjadi tidak nyeri, puting lecet membaik, bayi menyusu efektif, dan kenaikan berat badan bayi juga bisa membaik pasca frenotomi.
 
Frenotomi adalah prosedur bedah minor yang bisa dilakukan oleh dokter yang berpengalaman di rumah sakit. Prosesnya sangat singkat, hanya berlangsung beberapa menit. Bayi biasanya tidak perlu menginap dan bisa langsung mencoba menyusu setelah prosedur selesai.
 
Video frenetomi/insisi tongue tie bisa dilihat di sini:
 Sumber artikel:
http://kultwit.aimi-asi.org/2011/04/tounge-tied/
http://www.healthcanal.com/pregnancy-childbirth/23126-Monroe-Carell-Childrens-Hospital-Vanderbilt-researchers-find-breastfeeding-problems-can-linked-tied-tongue.html
http://www.kemangmedicalcare.com/kmc-tips/tips-anak/675-tounge-tie-lidah-p
""

Kolik pada Bayi ASI Part 2

 
Reflek Pengaliran yang Berlebihan

Bayi yang mendapat ASI terlalu banyak dengan terlalu cepat, akan menjadi sangat mudah rewel dan mudah marah pada payudara dan dapat dianggap "kolik". Biasanya, kenaikan berat badan bayi sangat baik. Biasanya, juga, bayi mulai menyusu, setelah beberapa detik atau menit, mulai batuk, tersedak atau meronta. Dia mungkin akan melepas payudara, dan sering kali ASI akan menyemprot. Setelah ini, bayi sering kembali ke payudara, tetapi mungkin rewel dan hal yang sama terulang kembali. Dia mungkin tidak senang dengan aliran cepat dan tidak sabar ketika aliran melambat. Ini bisa menjadi saat yang sangat melelahkan untuk semua orang. Pada kesempatan yang langka, bayi bahkan mungkin mulai menolak payudara setelah beberapa minggu, biasanya sekitar usia tiga bulan.

Apa yang dapat Anda lakukan?
 a. Lakukan pelekatan sebaik mungkin. Masalah ini bisa menjadi lebih buruk jika bayi tidak melekat dengan baik pada payudara. Pelekatan yang baik adalah kunci untuk mudah menyusui. Terlepas dari apa itu pelekatan yang baik yang diberitahukan pada Anda, cobalah untuk memperbaikinya terus. Coba bayangkan: jika dagu Anda menempel ke dada saat Anda mencoba untuk minum Anda akan dengan mudah kewalahan oleh aliran yang cepat. Jika Anda ingin minum dengan cepat Anda akan mengangkat kepala Anda ke belakang, dagu ke atas, dan Anda akan mampu menangani aliran yang cepat. Ini adalah posisi kepala bayi yang seharusnya di saat menyusu – dagunya menempel pada payudara Anda, kepalanya dalam posisi sedikit mendongak, hidungnya menjauh dari payudara Anda, dan dagunya menjauh dari dadanya sendiri. Posisi ini akan membantu dia untuk menangani aliran cepat dari reflek pengaliran. Lihat lembar informasiKetika Melekat dan klip video.
B. Jika Anda belum melakukannya, cobalah untuk menyusui bayi satu payudara setiap kali menyusui. Dalam beberapa situasi, menyusui dua atau tiga kali pada satu payudara sebelum berpindah ke payudara yang lain mungkin bisa membantu. Jika Anda mengalami pembengkakan pada payudara yang tidak disusui, perahlah ASI secukupnya hingga ibu merasa nyaman. Ingat, jika bayi ingin menyusu pada payudara yang kedua, ibu harus menawarkannya.
c. Susui bayi sebelum dia kelaparan.Jangan tunda menyusui dengan memberikan air (bayi ASI tidak perlu air bahkan dalam cuaca sangat panas) atau empeng. Bayi yang lapar akan "menyerang" payudara dan dapat menyebabkan reflek ASI mengalir yang sangat aktif. Susui bayi segera setelah dia menunjukkan tanda-tanda lapar. Lebih baik lagi jika Anda menempatkan bayi pada payudara Anda dalam keadaan masih setengah tidur.
d. Jika memungkinkan, susui bayi pada suasana yang tenang dan rileks. Musik yang keras, lampu yang terang tidak kondusif untuk menyusui dengan baik. Bayi yang lebih besar cenderung menjadi sangat terganggu ketika aliran ASI melambat. Gunakan tekanan lembut pada awalnya, dan kemudian lebih kuat sesuai yang diperlukan untuk menjaga kecepatan aliran ASI menjadi konsisten, hal ini seringkalidapat membuat bayi bertahan pada payudara lebih lama, karena dia menyusu lebih baik.
e. Berbaring saat menyusui terkadang bekerja sangat baik. Jika sulit menyusui dengan berbaring menyamping, cobalah berbaring datar, atau setengah datar, pada punggung Anda dengan bayi berbaring di atas Anda untuk menyusu, atau cobalah bersandar di kursi. Gravitasi dapat membantu mengurangi laju aliran asi. Ingatlah bahwa bayi mungkin frustasi pada aliran yang tidak konsisten,sehingga mungkin membantu jika berbaring di awal ketika aliran cepat, dan duduk kembali ketika aliran ASI melambat. Bayi menyukai posisi berbaring, mereka cenderung tidak rewel dengan aliran lambat, tapi cenderung untuk tidur.
f. Bayi mungkin tidak menyukai aliran ASI yang terlalu cepat, tetapi juga menjadi rewel saat aliran ASI terlalu lambat. Jika Anda berpikir bayi rewel karena aliran yang terlalu lambat, melakukan penekanan pada payudara saat menyusui akan dapat membantu untuk menjaga aliran, lihat bagian 'e'. (Lihat lembar informasi Penekanan Payudara/Breast Compression).
 
Jika semuanya belum membantu:
 1. Sesekali memberikan laktase buatan (enzim yang membantu metabolisme laktosa) pada bayi, 2-4 tetes setelah menyusui atau pada saat perpindahan ke payudara berikutnya, jika Anda menyusui keduanya, mungkin dapat mengurangi gejala. Ini dapat dibeli tanpa resep, tapi cukup mahal, dan tidak selalu berhasil. Sulit di pahami bagaimana dapat berhasil, karena enzim akan dipecah di perut bayi tapi terkadang memang terlihat bekerja.
2. Sebuah pelindung atau sambungan puting mungkin membantu, tetapi gunakan ini hanya jika tidak ada hal lain yang dapat membantu dan hanya jika Anda telah memiliki akses untuk bantuan yang baik tanpa perubahan apapun. Ini adalah usaha kedua terakhir. Harap dicatat bahwa sambungan puting jarang sekali manjadi jawaban untuk masalah menyusui apapun dan seringkali justru membuat situasi lebih buruk, tidak lebih baik.
3. Sebagai usaha terakhir, daripada beralih ke susu formula, berikan bayi ASI perah Anda dengan cangkir atau botol jika bayi tidak mau minum dengan cangkir. Menambahkan laktase ke dalam ASIP mungkin dapat membantu juga.
 

Dok. AIMI

Kolik pada Bayi Part.3

Protein Asing dalam ASI
Terkadang, protein yang terkandung dalam makanan ibu mungkin muncul dalam ASI dan dapat mempengaruhi bayi. Yang paling umum di antaranya adalah protein susu sapi. Protein lain juga bisa ikut terkandung dalam ASI. Kenyataan bahwa protein dan zat lain muncul dalam ASI tidak selalu merupakan hal yang buruk. Justru kebalikannya, karena membantu menurunkan pengaruh protein tersebut terhadap bayi Anda. Tanyakan tentang ini jika Anda memiliki pertanyaan.
Oleh karena itu, dalam mengatasi kolik pada bayi ASI, salah satu langkah yang harus dilakukan oleh ibu adalah berhenti mengkonsumsi produk susu atau makanan lainnya, tetapi hanya satu jenis makanan pada satu waktu. Produk susu termasuk susu, keju, yoghurt, es krim dan apa saja yang mungkin mengandung susu, seperti bumbu salad dengan protein whey atau kasein. Periksa label pada makanan siap saji untuk melihat apakah mengandung susu atau padatan susu. Ketika protein susu telah diubah (didenaturasi), seperti dalam memasak misalnya, harusnya tidak ada masalah. Carilah informasi lebih lanjut jika Anda memiliki pertanyaan.
 
Jika menghilangkan makanan tertentu dari yang dikonsumsi ibu tidak berpengaruh, ibu dapat mengkonsumsi enzim pankreas (misalnya, Cotazyme, Pancrease 4), dimulai dengan 1 kapsul setiap kali makan, untuk memecah protein di dalam usus sehingga tidak bisa diserap ke dalam tubuhnya sebagai protein yang utuh dan muncul di dalam ASI. Tentu saja, kemungkinan Anda tidak mampu menghasilkan cukup enzim bagi diri Anda sendiri oleh pankreas sangatlah rendah (kecuali jika Anda memiliki cystic fibrosis, misalnya), tetapi telah terbukti bahwa protein utuh dapat diserap ke dalam tubuh ibu menyusui dan ke dalam ASInya dan dengan menambahkan enzim dapat menurunkan jumlah protein utuh memasuki tubuh Anda dan masuk ke ASI.
 
Harap perhatikan: Intoleransi terhadap protein susu tidak ada hubungannya dengan intoleransi laktosa, ini adalah hal yang sama sekali berbeda. Juga, seorang ibu yang intoleran laktosa sebaiknya tetap menyusui bayinya.
 
Metode yang disarankan:
1. Hilangkan semua produk susu untuk 7-10 hari.
2. Jika tidak ada perubahan pada bayi, ibu bisa memperkenalkan kembali produk-produk susu.
3. Jika ada perubahan yang lebih baik, secara perlahan-lahan Anda dapat memperkenalkan produk susu ke dalam makanan atau minuman Anda. (Tidak perlu minum susu untuk menghasilkan susu, misalnya, jadi jika Anda tidak minum susu secara rutin, jangan minum susu saat Anda sedang menyusui).Beberapa bayi sama sekali tidak bisa mentolerir produk susu dalam makanan ibu. Kebanyakanmentolerir beberapa. Anda akan mempelajari berapa jumlah produk susu yang dapat Anda konsumsi tanpa menyebabkan reaksi apapun pada bayi.
4. Jika Anda khawatir tentang asupan kalsium Anda, kalsium dapat diperoleh tanpa mengkonsumsi produk susu. Konsultasikan dengan dokter atau ahli gizi. Tapi, 7-10 hari tanpa mengkonsumsi produk susu tidak akan menyebabkan Anda mengalami masalah gizi. Bahkan, bukti menunjukkan bahwa menyusui dapat melindungi wanita terhadap osteoporosis meski pun dia tidak mengkonsumsi kalsium tambahan, dan bayi akan mendapatkan semua yang ia butuhkan.
5. Hati-hati untuk menghilangkan terlalu banyak makanan dari menu Anda sekaligus. Semua orang mengenal seseorang yang bayinya menjadi lebih tenang setelah ibunya menghentikan konsumsi brokoli, daging sapi, pisang, roti, dll. Anda mungkin akan mendapati diri Anda hanya makan nasi putih saja. Menu kita terlalu rumit untuk dapat dengan yakin memastikan, jika memang ada, yang mempengaruhi bayi.
 
Satu informasi lagi. Beberapa bayi lapar walaupun pertambahan berat badan mereka sangat baik. Hal ini dapat terjadi karena beberapa penyebab. Beberapa telah disebutkan sebelumnya dalam lembar informasi ini. Satu lagi sebab bayi lapar walaupun berat badan naik dengan baik adalah karena Anda membatasi pemberian ASI; misalnya, Anda menyusui bayi Anda 10 atau 20 menit tiap sisi. Jika Anda memiliki banyak ASI, berat badan bayi mungkin akan tetap naik dengan baik dan masih merasa lapar. Jadi jangan membatasi lamanya menyusui.
Bersabarlah, bagaimanapun juga biasanya masalah ini akan selesai.
 
Susu formula bukan jawabannya, tetapi, karena aliran yang lebih teratur, beberapa bayi menjadi lebih baik. Tetapi, susu formula bukanlah ASI dan menyusui lebih dari sekedar ASI. Kenyataannya, bayi juga akan menjadi lebih baik jika diberi ASI dari botol karena aliran yang teratur. Bahkan jika tidak ada yang berhasil, waktu biasanya akan membantu. Hari demi hari, malam demi malam mungkin tampaknya terasa panjang, tapi minggu demi minggu pasti akan terlewati.

Written and revised (under other names) by Jack Newman, MD, FRCPC, 1995-2005

Revised by Jack Newman MD, FRCPC and Edith Kernerman, IBCLC, 2008, 2009
 
Taken from: http://nbci.ca/index.php?option=com_content&view=article&id=361:colic-in-the-breastfed-baby-indo&catid=29:information-indonesian&Itemid=67

Dok. AIMI

Kolik pada Bayi ASI Part.1

by Ita Lova El-Rasyid and 3 others

Kolik merupakan salah satu misteri alam. Tak seorang pun tahu apa yang sebenarnya terjadi, tetapi setiap orang punya pendapat. Dalam situasi tertentu, bayi mulai seringkali menangis sekitar dua sampai tiga minggu setelah lahir. Ini terjadi terutama di malam hari, dan akhirnya berhenti saat bayi berusia sekitar tiga bulan (kadang-kadang lebih). Ketika bayi menangis, ia sulit sekali ditenangkan, meskipun digendong, ditimang atau diajak jalan-jalan, tapi hanya sementara. Bagi yang bayi dapat disebut kolik, penting untuk dipastikan bahwa dia memiliki berat badan baik dan sehat. Namun, bahkan bayi yang memiliki pertambahan berat badan yang baik, kadang-kadang menangis karena dia masih lapar. Lihat di bawah.
 
Penjabaran kolik telah diperluas mencakup hampir semua kerewelan atau tangisan pada bayi, dan ini tidak mengherankan karena kita tidak benar-benar tahu apa itu kolik. Tidak ada pengobatan khusus untuk kolik, meskipun telah banyak obat dan strategi telah dicoba tanpa ada bukti manfaatnya. Tentu saja, semua orang mengenal seseorang yang memiliki bayi yang telah "sembuh" dari kolik oleh pengobatan tertentu. Selain itu, hampir setiap cara/strategi tampaknya berfungsi baik, setidaknya untuk sementara.
 
Menyusui Bayi dengan Kolik
Selain kolik yang mungkin dapat dialami setiap bayi, ada tiga situasi yang diketahui pada bayi ASI yang dapat mengakibatkan kerewelan atau kolik.Sekali lagi, diasumsikan bahwa bayi memiliki pertambahan berat badan yang baik dan sehat.
Menyusu pada kedua payudara di setiap menyusui atau menyusu hanya satu payudara pada setiap menyusui
 
ASI berubah-ubah saat menyusui. Salah satu yang paling umum adalah perubahan jumlah lemak yang terus meningkat saat bayi mengosongkan atau menghisap ASI pada payudara. Jika ibu memindahkan bayi secara otomatis dari satu payudara ke payudara yang lainnya saat menyusui, sebelum si bayi “selesai” menyusu pada payudara sebelumnya, bayi mungkin saja mendapatkan jumlah lemak yang relatif kurang saat menyusu. Hal ini mengakibatkan bayi kurang mendapatkan kalori, sehingga jadi lebih sering menyusu. Jika bayi minum terlalu banyak ASI (untuk menggantikan kalori yang kurang), ia bisa muntah. Karena jumlah lemak yang relatif sedikit akan diserap lambung begitu cepat, perut cepat kosong, dan jumlah gula susu (laktosa) yang cukup banyak akan tiba di usus sekaligus. Enzim yang berfungsi untuk mencerna gula (laktase) tersebut kemungkinan tidak dapat menangani sekian banyak gula susu sehingga bayi mengalami gejala intoleransi laktosa (bayi menangis, buang angin, kembung, BAB hijau dan berair). Hal ini dapat terjadi bahkan saat menyusu. Bayi-bayi ini tidak sedang mengalami intoleransi laktosa. Mereka memiliki masalah dengan laktosa karena kurangnya informasi yang ibu dapat mengenai menyusui. Ini bukan alasan untuk beralih ke susu formula bebas laktosa.
 
Juga sangat penting untuk Anda sadari bahwa bayi tidak selalu sedang menyusu saat ia melakukan gerakan menghisap pada payudara. Ia mungkin saja sedang “mengempeng” tapi tidak sedang minum dan oleh karena itu ia tidak mendapatkan cukup lemak walau dia sedang menghisap payudara.

1. Jangan menentukan jadwal pemberian ASI. Ibu di seluruh dunia sukses menyusui tanpa perlu menentukan waktu. Masalah menyusui sering terjadi di masyarakat dimana semua orang menggunakan jam dan masalah paling sedikit pada masyarakat dimana tidak ada yang menggunakan jam.

2. Ibu harus menyusui bayi pada satu payudara, selama mereka benar-benar mendapatkan ASI dari payudara (lihat video pada nbcionling.org) hingga bayi melepas dengan sendirinya, atau ia tertidur pada payudara karena merasa kenyang atau sedang mengempeng walaupun dengan menekan payudara. Lakukan penekanan pada payudara (lihat lembar informasi Penekanan Payudara/Breast Compression) untuk membuat bayi tetap menyusu dan tidak hanya sekedar menghisap.Ikuti Protokol untuk Mengatur Asupan ASI (protokal dapat ditemukan pada situs berikut videonya di situs nbconling.org untuk membantu penggunaan Protokol). Harap diingat bahwa bayi bisa saja menghisap payudara selama dua jam tapi sebenarnya hanya menyusu beberapa menit saja. Jika begitu maka ASI yang diterima bayi masih berkadar lemak relatif rendah. Ini adalah saat yang tepat untuk menekan payudara. Jika, setelah ”selesai” pada payudara pertama, dan bayi masih lapar, tawarkan payudara berikutnya. Jangan mencegah atau melarang bayi untuk menyusu pada payudara berikutnya jika ia masih lapar.

3. Ini bukanlah saran untuk menyusu hanya pada satu payudara saja setiap menyusui. Anda boleh melakukannya, dan itu baik, tapi tidak semua ibu bisa melakukannya. Anda mungkin merasa hal ini dapat dilakukan pada pagi hari saat ASI Anda lebih banyak (seperti yang dialami kebanyakan ibu) tapi tidak pada malam hari saat ASI Anda lebih sedikit (seperti yang dialami kebanyakan ibu). Jika Anda berkeras untuk menyusui pada satu payudara saja, Anda mungkin akan mendapatkan bayi Anda “kolik” pada malam hari karena sebenarnya ia lapar.

4. Saat menyusui selanjutnya, lakukan pada payudara yang lain dengan proses yang sama.

5. Tubuh Anda akan beradaptasi dengan cepat pada metode baru ini dan payudara Anda tidak akan bengkak atau besar sebelah setelah beberapa saat. Namun perlu diingat bahwa: menyusui pada satu payudara saja setiap kali menyusui, jika Anda dapat melakukannya, dapat mengurangi pasokan ASI, jadi apa yang berhasil dilakukan saat ini (menyusui pada satu payudara setiap kali menyusui) mungkin tidak berhasil dilakukan saat pasokan ASI menurun. Oleh karena itu jangan menyusui bayi pada satu payudara, tapi “selesaikan” satu sisi dan jika bayi masih lapar, tawarkan sisi yang lain. Lihat bagian F.

6. Bukanlah ide yang baik untuk menyusui bayi hanya pada satu sisi, untuk mengikuti aturan. Ya, pastikan bayi "selesai" sisi pertama sebelum menawarkan payudara berikutnyadapat membantu menangani kenaikan berat badan yang kurang atau kolik pada bayi, tetapi aturan dan menyusui tidak berjalan dengan baik. Jika bayi tidak minum, atau benar-benar mendapat ASI, tidak ada gunanya untuk membiarkan bayi menghisap payudara tanpa mendapatkan ASI untuk waktu yang lama. Anda harus "menyelesaikan" satu sisi dan jika bayi ingin lebih, tawarkan payudara yang satu lagi.
 
Bagaimana Anda tahu ketika bayi telah "selesai" menyusu pada sisi pertama? Bayi tidak minum lagi, bahkan dengan penekanan (lihat klip video dan lembar informasi Penekanan Payudara). Ini bukan berarti Anda harus melepaskan bayi dari payudara segera setelah bayi tidak minum sama sekali selama satu atau dua menit (Anda mungkin mendapatkan refleks pengaliran ASI, jadi berikanlah sedikit waktu), tetapi jika jelas bayi tidak minum, lepaskan bayi dari payudara dan jika bayi masih ingin, tawarkan sisi payudara yang lain. Bagaimana Anda tahu bayi minum atau tidak? Lihat klip video pada situs di atas.
 
Jika bayi melepaskan payudara sendiri, apakah itu berarti bahwa bayi telah "selesai" menyusu sisi tersebut?
Belum tentu. Bayi sering melepaskan payudara ketika aliran susu melambat, atau kadang-kadang ketika ibu mendapat refleks pengaliran ASI dan bayi terkejut oleh aliran cepat yang tiba-tiba sehingga ia melepas payudara. Coba lagi di sisi itu jika dia masih ingin, tetapi jika bayi jelas tidak minum bahkan dengan menekan payudara, ganti sisi payudara berikutnya.
Dalam beberapa kasus, mungkin akan membantu untuk menyusui bayi dua kali atau lebih pada satu sisi payudara sebelum beralih ke sisi lain, selama bayi telah melepas payudara tersebut. Menaruh bayi kembali pada payudara yang telah "kosong" dapat menyebabkan bayi rewel atau menarik payudara atau tertidur tetapi tidak kenyang. Masalah ini diperburuk jika bayi tidak melekat dengan baik pada payudara. Pelekatan yang baik adalah kunci untuk mudah menyusui.

Dok. AIMI
 

ASI Lipase Tinggi: Sebab, Indikasi dan Penanganannya

by Lianita Prawindarti

Keinginan Ibu untuk memberikan yang terbaik bagi buah hatinya kadang kala
terkendala oleh hal yang satu ini: ASI yang ternyata berlipase tinggi. Artikel berikut ini diharapkan dapat membantu para Ibu yang ASI-nya ternyata berlipase tinggi. Mari kita ulas semua aspek terkait ASI berlipase tinggi ini.
 
A. Apa itu Lipase?
 
Lipase adalah enzim pencernaan yang berfungsi untuk menguraikan kadar lemak dalam ASI. Semua ASI mengandung lipase, karena enzim lipase ini berguna untuk menguraikan lemak dalam ASI agar mudah dicerna oleh bayi. Itulah mengapa, meski lemak adalah salah satu komponen utama dalam ASI, lemaknya tidak membuat anak ASI mengalami obesitas. Karena lemak ASI diuraikan secara pas, sesuai dgn kebutuhan bayi oleh enzim lipase tadi. Namun, semakin tinggi kadar enzim lipase ini dalam ASI, maka akan semakin cepat sel-sel lemaknya terurai sehingga menghasilkan ASI dengan bau yang sangat khas seperti bau tengik, berbau seperti sabun dan cenderung sangat berminyak.Akibatnya, banyak bayi yang menolak untuk minum ASIP dengan bau tengik ini, padahal ASIP tersebut sebenarnya masih layak diminum.
 
B. Apa Penyebab ASI Lipase Tinggi?
 
Penyebab lipase tinggi dalam ASI terkait dengan kondisi internal tubuh ibu yang juga memiliki kadar lipase tinggi dalam sistem pencernaan-nya. Saya pernah mencari tahu dan ada beberapa sebab yang bisa membuat lipase dalam tubuh seseorang tinggi. Misalnya: inflamasi pankreas, masalah dengan empedu, penurunan fungsi ginjal, atau beberapa masalah pencernaan.
Karena lipase ini adalah enzim pencernaan, maka penyebab tingginya enzim ini biasanya diasosiasikan dengan masalah di salah satu organ pencernaan. Banyak yang menanyakan apakah tingginya kadar lipase ini terkait dengan konsumsi makanan tertentu. Namun nampaknya peningkatan kadar lipase tubuh ini bukan karena sesuatu yg sifatnya jangka pendek seperti makanan, tetapi lebih kompleks dari itu karena lebih terkait dengan menyangkut kinerja organ pencernaan. Ada juga yang mengisyaratkan faktor hormon sebagai penyebab ASI berlipase tinggi. Tapi beberapa kali saya cek di beberapa sumber nampaknya tingginya kadar lipase ini bukanlah sesuatu yang membahayakan.
 
C. Bagaimana Mengetahui Bahwa ASI Berkadar Lipase tinggi?
 
Ada beberapa tes sederhana untuk mengidentifikasinya:
Pertama, perah ASI seperti biasa, lalu biarkan ASI pada suhu ruangan selama 30 menit. Perah lagi ASI baru, lalu bandingkan rasanya antara kedua ASIP itu.
 
Kedua, bisa juga bandingkan ASI yang baru diperah (ASI segar) dengan ASIP yang sudah disimpan di kulkas (atau yang sudah didinginkan).
 
Ketiga, bandingkan lagi ASI segar dengan ASIP dingin atau beku yang sudah dicairkan dan dihangatkan.
Kalau diantara percobaan-percobaan tersebut tidak ada perbedaan rasa (mungkin sedikit berbeda, tetapi tidak terlalu tajam perbedaan rasa dan baunya), maka kadar enzim lipase tergolong normal. Jika perbedaannya rasa dan aromanya tajam, berarti memang ASi-nya berlipase tinggi.
 
D. Apa yang Sebenarnya Terjadi Dengan ASI Lipase Tinggi?
 
ASI berlipase tinggi sebetulnya layakuntuk diminum, baik dalam bentuk ASI segar maupun ASIP yang didinginkan atau dibekukan, tentu saja dengan manajemen ASIP yang benar. Tetapi karena kadar lipase yang tinggi ini membuat proses pemecahan lemaknya berlangsung sangat cepat, ASIP berlipase tinggi bisa cepat
berubah bau dan rasa menjadi tengik. Jika bayi tetap mau meminum ASIP yang tengik ini, sebetulnya tidak masalah. Masalahnya adalah ketika bayi menolak untuk minum.
Akibatnya, ibu dengan ASI lipase tinggi sering mengalami kesulitan menyimpan
ASIP-nya. Beberapa ASIP berlipase tinggi bisa tahan selama beberapa hari di
kulkas, tapi umumnya jika dibekukan dalam freezer bau dan rasanya berubah menjadi tengik. Jika ASI Bunda tergolong yang berlipase tinggi ada baiknya dites berapa lama ASIP-nya bisa disimpan di kulkas bawah tanpa berubah bau dan rasa. Ini berarti penyimpanannya hanya bisa maksimum 8 hari, karena ASIP hanya bisa
bertahan maksimum 8 hari di kulkas bawah. Beberapa ASIP bahkan hanya bisa bertahan tidak berubah bau dan rasa hanya dalam waktu 2-3 hari atau bahkan dalam 24 jam saja.
 
E. Bagaimana Menyiasati ASI Berlipase Tinggi?
 
Jika ASI Bunda ternyata berlipase tinggi, sayangnya solusinya hanya 3:
 
Pertama, menyusui langsung. Karena ASI segar tidak berubah rasa dan bau meskipun lipasenya tinggi.
 
Kedua, kalau memang harus membuat ASIP (misalnya karena ibu bekerja), berarti harus dengan sistem kejar tayang.
Tips-nya dalah sebagai berikut:
1. Tes dulu seberapa lama ASIP Bunda bisa bertahan di kulkas bawah tanpa berubah rasa dan bau. Berarti itu waktu maksimal ASIP-nya bisa disimpan di kulkas.
2. Setelah itu manajemen ASIP memang harus diatur sesuai batas maksimum
penyimpanan. Perah ASI sesering mungkin, terutama saat Bunda jauh dari anak. Jika sedang bersama anak, maksimalkan setiap kesempatan untuk menyusui secara langsung.
3. Tetap optimis, karena walaupun harus kejar tayang, Bunda pasti mampu melewati tantangan ini.
 
Ketiga, dengan teknik pemanasan (scalding) di atas kompor. Pemanasan memang membuat kadar nutrisi dalam ASI berkurang, terutama beberapa zat anti-infeksi dan Vitamin C. Tetapi opsi ini tetap masih lebih baik daripada pemberian sufor. Pemanasan ASI dapat menghambat pecahnya kadar lemak dalam ASI sehingga mencegah terjadinya perubahan rasa dan aroma ASIP. Cara-cara pemanasan untuk ASIP berlipase tinggi adalah sebagai berikut:
 
ASI segar yang baru saja diperah dan belum dimasukkan ke dalam kulkas  dipanaskan terlebih dahulu diatas kompor sampai hampir mendidih (kurang lebih 70-80ºC saja). Indikatornya adalah sampai Bunda melihat gelembung (bubble) di tepi panci (ingat, hanya di tepi panci, jangan menunggu sampai seluruh bagian bergelembung). Setelah itu langsung diangkat/ didinginkan sebelum dimasukkanke dalam lemari es/ kulkas atau dimasukkan ke freezer. Dengan memanaskan terlebih dahulu seperti ini, maka penguraian lemak oleh lipase akan diperlambat.
 
Video dalam link berikut menunjukkan cara pemanasan ASI lipase tinggi (maaf dalam bahasa Inggris, tapi Bunda bisa tetap melihat prosesnya):
http://www.chroniclesofanursingmom.com/2011/08/excess-lipase-in-breastmilk.html

 
Sumber-sumber:
1.http://tumbuhkembangbalita.blogspot.com/2011/01/penyimpanan-asi.html

2.http://www.chroniclesofanursingmom.com/2011/08/excess-lipase-in-breastmilk.html

3.http://breastfeedingbasics.info/lipase-and-bad-tasting-breast-milk
""

Berbagai Alasan Kenapa Bayi Menolak Menyusu

By Clodi Stepantoro
 
Si malaikat kecil menolak lagi, kali ini bahkan kaki mungilnya menendang-nendang dada ibunya dengan sangat keras. Wanita setengah baya itu merasa penolakan ini lebih menyakitkan daripada ditolak oleh cinta pertamanya. Dunia serasa hancur, fikiran negatif mulai menggelitik… haruskah menyerah ?

Biasanya mogok menyusu ini berlangsung antara dua hingga lima hari, tapi bisa juga menjadi lebih lama. Kalau berkepanjangan maka Ibu akan kelelahan jika harus terus menerus memerah ASI yang tentu saja jumlahnya kian hari akan kian menipis. Duh, bagaimana ini ?
Saat bayi mogok menyusu memang saat yang sungguh memusingkan. Bayi jadi lebih sering menangis dan frustasi akibat rasa lapar dan fase oral (untuk menghisap atau suckling) yang tidak tersalurkan, beberapa bayi bahkan jadi mengalami penurunan berat badan.
Namun ternyata yang susah bukan hanya bayi, tapi ibunya juga. Perasaan sedih kerap menghampiri dan secara perlahan akan memutuskan motivasi untuk melanjutkan menyusui si kecil. Jika bayi mendadak mogok menyusu, segera pelajari apa yang terjadi agar tak ragu temukan solusi !
Saat bayi mendadak menolak menyusu, yang terpenting adalah berfikir positif. Hindari godaan yang berbisik bahwa :
 
1. bayi tidak suka pada ibunya; hal ini tidak mungkin terjadi karena secara insting bayi belum mengenal arti membenci atau tidak suka,
2. bayi sedang menyapih dini (early weaning); hal ini kurang tepat karena penyapihan adalah proses dan tidak terjadi secara tiba-tiba,wong kemarin masih mau menyusu kok hari ini mendadak tidak mau?
3. bayi tidak suka rasa ASI; hal ini kurang pas, karena meskipun jenis makanan ibu beragam tapi rasa ASI cenderung stabil dan bayi sudah biasa dengan perubahan rasa makanan sejak dalam rahim.
 4. ASI basi atau ASI terpolusi, biasanya dikatakan seperti ini pada kondisi ibu yang baru saja pulang dari berpanas-panasan; hal ini tidak benar karena payudara merupakan tempat penyimpanan ASI yang paling higenis dimana tidak mungkin menjadi terpapar kuman sehingga menjadi basi apalagi terpapar polusi.
5. ASI tidak cukup sehingga bayi menolak karena tidak puas; hal ini tentu tidak tepat karena produksi ASI bersifat supply based on demand dimana ASI akan diproduksi sesuai dengan jumlah ASI yang dikeluarkan dari payudara (baik melalui pelekatan langsung oleh bayi maupun melalui kegiatan memerah ASI dengan tangan atau dengan pompa). Yang lebih sering terjadi adalah bahwa ASI keluar tersendat-sendat, hal ini dapat membuat bayi menjadi tidak sabar dan marah. Untuk ini perlu diberikan rangsangan terhadap let down reflex dengan memerah ASI sedikit. Hal ini dilakukan untuk memancing hormon oksitosin yang mendorong ASI keluar sehingga bayi bisa mendapatkan ASI dengan lebih cepat di awal proses menyusu.
6. dan mungkin masih banyak alasan negatif lain
 
Ahh, daripada berfikir negatif, lebih baik mencoba cari tahu dulu, kenapa sih malaikat kecil itu menolak menyusu secara mendadak ? Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan :
 
Apakah bayi dibiasakan minum ASI perah dengan menggunakan botol dot? Jika ya, maka kemungkinan besar penyebabnya adalah bingung puting (nipple préférence) yakni suatu kondisi dimana bayi lebih memilih minum ASI melalui botol dot ketimbang langsung dari payudara ibu. Kenapa ? Karena menyusu melalui botol dot lebih mudah dan mekanismenya berbeda dengan menyusu pada payudara. Saat minum melalui botol dot, aliran ASI lebih lancar dan bayi tidak perlu memijat payudara untuk dapat mengeluarkan air susu. Dianjurkanuntuk mencoba ganti cara pemberian botol dot dengan cangkir kecil, pipet tetes atau sendok. Saat bayi terbiasa terpisah dari botol dot maka secara perlahan akan lebih mudah kembali ke payudara ibu karena bayi tengah mengalami fase oral dimana menyusu dapat memuaskan hasratnya.
 
Apakah puting susu mengalami luka pada hari-hari terakhir sebelum bayi mendadak menolak menyusu?Jika ya, maka kemungkinan besar luka pada puting susu memberi rasa yang berbeda pada ASI sehingga membuat bayi menolak. Dianjurkan untuk memperbaiki posisi mulut bayi saat menyusu agar menyusu menjadi lebih efektif dan puting susu terhindar dari iritasi dan luka.
 
Apakah pada bagian tubuh bayi terdapat luka yang terlihat, misal luka memar? Atau mungkin lukanya kasat mata ? Jika ya, maka kemungkinan cara menggendong membuat bayi merasa kesakitan dan tidak nyaman. Dianjurkan untuk mencoba menyusui dengan posisi tidur sehingga lebih sedikit bagian tubuh bayi yang tertekan.
 
Apakah ada perilaku dari ibu yang berubah? Misalnya ibu mengganti merk parfum atau mengganti aroma sabun mandi / shampoo ? Jika ya, maka kemungkinan bayi merasa kurang nyaman dengan aroma yang baru tersebut. Dianjurkan untuk sebisa mungkin kembali ke prilaku awal.
 
Apakah ibu bereaksi berlebihan? Misalnya tanpa sengaja berteriak kesakitan saat bayi menggigit (atau menggusit – menggigit pakai gusi) payudara ? Jika ya, maka kemungkinan bayi trauma. Ia belum memahami kenapa ibunya menjerit waktu itu sehingga saat hendak mulai menyusu lagi, bayi sudah menolak terlebih dahulu. Dianjurkan untuk bercanda dulu dengan si kecil sebelum menawarkan payudara, tersenyum dan ajak dia tertawa dulu.
 
Apakah ibu stres belakangan ini? Jika ya, ini dapat berpengaruh karena bayi yang menyusu pada ibunya memiliki ikatan atau bonding yang cukup kuat. Ketidaknyamanan ibu dapat dirasakan oleh bayi sehingga membuat bayi menjadi rewel. Lupakan hal lain saat hendak menyusui si kecil, jika perlu putar musik lembut dan nikmati waktu berdua saja dengannya.
 
Apakah bayi berganti pengasuh? Misalnya saat ibu kembali bekerja, atau setelah memiliki pengasuh baru, bayi mendadak menolak menyusu pada ibu. Jika ya, tidak perlu buru-buru memecat nanny barunya tapi lebih dianjurkan untuk lebih banyak menghabiskan waktu dengannya setelah pulang dari kantor, misalnya gendonglah si bayi lebih sering serta tidurlah di sampingnya.
Haduh, bingung juga yah karena ternyata banyak sebab kenapa bayi bisa mendadak menolak menyusu. Berikut beberapa tips yang mungkin bisa membantu ibu mengatasi masalah mogok menyusu ini, yakni :
  * Lakukan lebih banyak kontak kulit, habiskan lebih banyak waktu bersama si malaikat kecil berdua saja dalam suatu ruangan dimana ibu tidak mengenakan pakaian atas (topless) dan si dedek hanya menggunakan celana dalam atau popok. Biarkan si kecil bereksplorasi sendiri, tidak perlu dipaksa untuk mendekat pada ibu karena dengan sendirinya ia akan mendekati ibunya. Tidak perlu memaksa si kecil untuk langsung menyusu karena mungkin dia akan mendekati ibunya lalu mungkin hanya akan tertidur di dada ibunya tanpa sempat menyusu, begini saja sudah menunjukkan tanda positif. Jika satu kali belum berhasil, coba lagi. Cara ini membantu si kecil untuk ‘mengenal kembali’ ibunya.
  * Tunggu hingga bayi sangat mengantuk, karena banyak bayi yang cenderung tidak menolak saat dalam kondisi setengah teler. Hindari memaksa bayi menyusu ke payudara, misalnya dengan mendorong kepalanya agar mendekat ke payudara, karena penolakan bisa berlanjut menjadi semakin panjang.
  * Tawarkan lebih sering, khususnya saat bayi sedang merasa senang dan sedang berada di tempat favoritnya, misalnya saat dia tengah bermain, saat dia selesai makan, saat dia mandi…. di mana pun, kapan pun. Namun jangan paksa jika ia menolak.
  * Coba menyusui sambil menimang-nimangmisalnya sambil berjalan-jalan atau sambil duduk di kursi goyang, karena gerakan lembut dapat mengurangi emosinya untuk menolak. Misal, ajak si kecil muter-muter komplek rumah dengan mobil, duduk berdua dengan dia di kursi belakang, ayunan mobil dapat membantu si kecil meredakan emosinya.
  * Redupkan lampu kamar, redakan suara-suara yang keras agar bayi merasa lebih tenang dan nyaman. Biasanya bayi yang berusia 6-9 bulan sudah lebih waspada terhadap keadaan di sekitarnya sehingga gangguan sedikit saja dapat membuatnya tidak benar-benar menyusu melainkan hanya sekedar menempel saja pada payudara.
  * Coba ganti posisi menggendong si kecil, seperti telah dijelaskan sebelumnya bisa jadi posisi atau cara menggendong membuat bayi tidak nyaman sehingga ia menolak untuk menyusu.
  * Kenakan pakaian yang simpel dan ga ribet, yang memungkinkan bayi sangat mudah mendapatkan akses ke payudara, jika memungkinkan kenakan lebih sering baju menyusui sehingga ibu tidak perlu membuang waktu banyak untuk membuka kancing baju terlebih dahulu. Hanya berbeda beberapa detik, tapi saat dirasa terlalu lama oleh bayi maka ia sudah keburu kehilangan minat untuk menyusu.
  * Bawa ke dokter anak, just in case ternyata bayi mengalami luka yang tidak terlihat seperti infeksi telinga, lidah berjamur (thrust), dsb. Ada kalanya bayi membutuhkan tindakan medis karena tengah mengalami sakit yang membuatnya tidak nyaman saat menyusu.

Memahami Laktogenesis (Tahapan-tahapan dalam Produksi ASI)

By Aimi

Mayoritas ibu mengalami fase “ASI sedikit” di awal-awal setelah melahirkan. Sebetulnya apa yang terjadi dalam produksi ASI, terutama di hari-hari awal setelah kelahiran? Apa yang harus dilakukan untuk meningkatkan produksi ASI? Apa yang terjadi dalam setiap tahapan produksi ASI?
 
Laktogenesis Tahap I
 
Ini adalah tahap dimana seorang ibu mulai menghasilkan ASI. Produksinya dimulai sejak trimester kedua kehamilan, namun secara umum jumlahnya masih ditekan oleh hormon progesteron. Produksi ASI dalam fase ini tidak berawal dari prinsip supply dan demand. Selama masa kehamilan dan di dua hari pertama setelah kelahiran, produksi ASI masih dikontrol oleh hormon. Saat ibu melahirkan dan plasenta lepas dari rahim, kadar hormon progesteron menurun dan ini memicu meningkatnya hormon prolaktin yang bekerja untuk memproduksi ASI.  Jadi sebetulnya kolostrum dihasilkan otomatis oleh tubuh ibu, tanpa terpengaruh oleh demand/kebutuhan bayi karena adanya kontrol dari hormon ini. Inilah fase yang disebut sebagai Laktogenesis Tahap Pertama.  Jadi, masih ada yang mengatakan kalau ASI tidak keluar di hari-hari pertama melahirkan? Itu tidak benar, karena hormon akan secara otomatis mengatur keluarnya kolostrum yang diperlukan bayi di hari-hari awal kehidupannya. Jumlah kolostrum memang sedikit, tetapi itulah jumlah yang diperlukanbayi pada hari-hari awal kehidupannya dan cukup untuk membuat kenyang perutnya yang hanya sebesar kelereng.
 
Laktogenesis Tahap II
 
Setelah jam-jam awal melahirkan, level hormon progesteron terus menurun dan hormon prolaktin terus meningkat naik. Kondisi inilah yang memicu keluarnya ASI lebih banyak. Fase ini disebut Laktogenesis Tahap Kedua. Laktogenesis tahap kedua mulai terjadi pada 30-40 jam setelah melahirkanatau umumnya sekitar hari ke-3 dan ke-4 setelah melahirkan. Di fase ini biasanya ibu mulai panik karena merasa di hari pertama dan kedua ASI “belum keluar”, tetapi tiba-tiba di hari ke-3 atau ke-4 payudara mulai membengkak.  Fase ini adalah fase  kritis dalam produksi ASI. Mengapa?  Di dalam payudara terdapat yang namanya “penerima prolaktin”. Penerima prolaktin ini yang beredar agar prolaktin dapat memproduksi ASI. Jika ibu tidak menyusui sesering mungkin, maka penerima prolaktin ini tidak akan bekerja optimal sehingga hormon prolaktin-nya akan kembali menurun. Jika hormon prolaktin terus menurun, maka payudara secara perlahan dapat berhenti menghasilkan ASI matang (ASI yang keluar sesudah kolostrum) Jika prolaktin tidak bekerja optimal, maka tahap berikutnya akan terhambat. Tahap kedua ini biasanya terjadi hingga hari ke-8 setelah melahirkan.  Tahapan ini sebetulnyajuga masih dikontrol oleh hormon, tetapi jika ibu tidak menyusui sesering mungkin, kinerja hormon akan terhambat dan akan mengalami kesulitan ketika memasuki tahap yang berikutnya.
 
 
Laktogenesis Tahap III
 
Tahap ini biasanya dimulai di hari ke-9 setelah melahirkan hingga bayi disapih. Produksi ASI mulai sepenuhnya mengandalkan skema supply dan demand seperti yang telah kita ketahui bersama. Semakin sering bayi menyusu, maka produksi ASI akan terus meningkat.
 
Sumber:
http://kultwit.aimi-asi.org/2012/03/laktogenesis/

http://kellymom.com/pregnancy/bf-prep/milkproduction/

http://www.breastfeeding-problems.com/stages-of-lactation.html
""